Hai, Donaaa!!!

Aku mengenalnya, beberapa lama setelah saya masuk ke ITB. Sebagian besar orang ITB mengenalnya. Tentu saja, terkecuali pihak rektorat, yang mungkin hanya sesekali berkunjung ke ITB.

Saya mengenalnya, setelah bergabung di salah satu Unit kesenian di ITB, Unit daerah saya, UKSS (Unit Kesenian Sulawesi Selatan). Unit saya berada di Sunken court ITB. Di daerah yang cukup tersembunyi, sehingga orang-orang kerap kali bertanya, "Emang ada UKSS? Dimana?"

Unit kami hanya unit yang terbilang kecil, kecil dari segi pamor maupun anggota, tentu saja. Yang menghimpun kami di Unit ini hanya rasa solidaritas kedaerahan kami yang memang kental yang dididik sejak kecil. Anggotanya yang sedikit karena orang dari Sulawesi Selatan di ITB ini tidaklah banyak. Mungkin pendidikan di daerah kami terbelakang, juga mungkin karena orang-orang daerah kami sudah merasa cukup dengan Unhas (Universitas Hasanuddin). Universitas yang terkenal nomer satu tawurannya, kekerasannya. Tapi disisi lain membentuk jiwa petualang mereka, solidaritas, juga pemberontak. Hal-hal yang saya pikir dibutuhkan untuk memerdekakan negara ini dari penjajahan terselubung negara barat.

Ketika mulai sering berkunjung ke UKSS-lah, untuk pertama kalinya, saya melihatnya, Dona! Dari jauh dia tak tampak spesial. Tapi semua orang di daerah sunken ini mengenalnya. Lebih tepatnya, tahu, bukan kenal. Tidak ada yang pernah sengaja menghampirinya, bersalaman dengannya, terus menanyakan namanya. Tidak ada! Toh mungkin orang lebih dulu tahu namanya, dibandingkan orangnya.

Saya pun tahu dia dan namanya, dari seorang kawan, lupa saya siapa orangnya. Yang jelas ketika saya ingin tahu siapa Dona itu, teman saya dengan sangat antusias menunjukkannya.

Tak dinyana, Dona sering nongkrong di Unit ini, UKSS. Dia biasa duduk di bangku bambu yang ada di depan unit. Entah sedang mengerjakan apa. Kadang dia menulis, diatas kertas bekas, yang ditulisnya nampak seperti laporan keuangan. Kadang juga dia bernyanyi, lagu yang asing, lagu tahun 70-an mungkin. Kadang lagi dia menjahit, entah apa yang dia jahit.

Dona, bukan seorang primadona kampus. Bukan juga mahasiswa di kampus ini. Bukan juga staf ato seorang guru tari kesenian yang biasa kami undang jika ada pementasan.

Dona, kalau boleh dibilang... Orang Gila!!! Ya. Gila. Dia seseorang yang tak waras, berkeliaran di sekitar sunken, kadang juga saya temukan disisi lain kampus. Tak jelas kenapa dia bisa bebas masuk ke kampus ini, bahkan tidur di kampus ini. Lebih tepatnya, tidur di depan UKSS, hampir tiap malam, yang membuat Unit kecil kami ini makin kehilangan pamor.

Dona yang katanya CIA, atau Intel Rektorat

Banyak yang bilang, Dona itu dulunya mahasiswa ITB yang stress dan jadi gila. Dia itu jenius, Cum laude waktu jamannya. Ada lagi yang bilang, dia itu mata-mata rektorat. Dia pura-pura gila, supaya bisa memantau aktifitas Sunken court, yang merupakan tempat sebagian besar unit-unit. Bahkan adalagi yang lebih ekstrim, menganggap Dona itu CIA, yang menyamar dan akan membunuh orang-orang yang berpotensi memajukan negara ini, supaya tidak ada yang dapat mengalahkan Amerika sebagai negara Adidaya.

Saya tidak begitu peduli dengan asal usulnya. Tapi saya ingin tahu, apa benar nama dia itu Dona? Dan apa dia betul-betul gila? Bagaimana cara dia hidup sampai sekarang?

Dona menghabiskan sebagian besar waktunya di kampus, darimana dia dapat makanan? Apa ada orang kantin yang berbaik hati memberinya makan? Tadi kulihat dia makan apel. Dapat darimana?

Yang jelas, Dona bukan orang gila biasa. Dia tidak pernah mengganggu kami seperti orang gila pada umumnya. Dia juga punya keterampilan, menulis dan menjahit misalnya. Kadang-adang dia menulis sesuatu di kertas, meletakkannya disamping saya yang sedang berinternetan ria di bangku tempat dia biasa tidur. Tadi dia menulis, "DEFAULT HAYANTI"! Default itu jelas bahasa inggris, tanpa ejaan yang salah, dan Hayanti... Mungkin itu nama belakangnya. Jadi namanya lengkapnya, Dona Hayanti. Tadi juga, sewaktu senior saya bermain gitar, sambil menyanyikan 'more than words' kemudian berhenti di tengah-tengah lagu, Dona pun nyeletuk melanjutkan lagu tadi. Haha... Dona... Ketika kami akan rapat di depan unit, ketua kami menyuruhnya untuk pindah, dan diapun pindah. Dia juga tidak pernah masuk ke unit kami, meskipun tiap malam tidur di depannya. Terkecuali satu kali, ketika dia menjahit kain-kain rombeng di depan unit, dia masuk mengambil gunting di atas rak. Tapi dengan minta izin dulu tentu saja. Sewaktu dia merokok (entah darimana dia mendapatkan rokok dan korek api) disamping saya yang sedang mengetik tulisan ini. Saya menutup hidung, tak tahan dengan asap rokoknya, kemudian mengeluh, "Dona..." Dan diapun melihat saya, kemudian pindah, bergerak menjauh dari saya. Merokok di tempat yang asap rokoknya tidak menjangkau saya.

Satu lagi yang saya tahu, Dona yang hilang akal itu masih punya simpati, atau empati, tak tahulah saya apa istilahnya. Yang jelas dia masih peduli dengan saya yang alergi asap rokok ini. Dona meskipun orang gila. Tapi dia tetap disebut 'orang' kan? (meski dengan tambahan 'gila'). Yang menandakan dia tetap seorang manusia...

Apakah cuma akal yang membedakan kita dari makhluk lain?

1 comments:

Nee said...

Nice

Post a Comment

Terima Kasih. Komentarnya sangat saya hargai dan saya tunggu-tunggu tiap hari :)

 
Share Me!