Dia [mungkin] Sobatku

"Kau selanjutnya Set!", katanya sambil menghunus pisau dihadapanku.

Aku yang masih shock hanya terdiam menatapnya, tak bergerak, satu milimeter pun. Seseorang yang kukenal selama belasan tahun. Ternyata...
Yang kulihat dihadapanku sekarang bukan dia. Dia yang mengajariku naik sepeda, yang mendorongku ke kolam untuk memaksaku belajar renang. Orang yang menraktirku semangkuk bakso tiap kami menang futsal lawan kompleks sebelah.
Orang yang membajak hapeku untuk menembak pacar pertamaku.
Bukan dia!! Orang yang dihadapanku sama sekali berbeda!

Dia tersenyum... Hangat. Tiba-tiba. Dia sobatku! Yang tadi bukan dia! Inilah dia! Dia yang sebenarnya!
Sedetik kemudian wajahnya berubah lagi. Wajah keji. Tanpa ampun.
Kurasakan sesuatu yang dingin menembus lambungku.
Kemudian aku pun terjatuh di lantai keramik. Dingin. Keramik kamarku biasanya tidak sedingin ini. Aku biasa berbaring disini sambil membaca majalah komputer, majalah yang rutin sobatku beli tiap bulan. Disini juga tidak semestinya ada Dina terbaring kaku melotot di sampingku.

"Set! Kamu kenapa?? Set! Kok kamu tiduran sama Dina? Hayo loo..."

Dingin di lambungku terasa makin beku. Sakit, pikirku. Sakitnya baru terasa sekarang. Begitu hebat.
Tak lama, sakitnya terasa ringan. Sakitnya lenyap! Ah, tidak! Sakitnya ada! Tapi kini di seluruh tubuh.
Inikah mati?? Pikirku.

"Eh. Set! Bangun gih. Kita kan nampil di Indie sejam lagi. Ayo Sob!"

Kupejamkan mataku. Kutahu aku takkan bisa membukanya lagi...

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih. Komentarnya sangat saya hargai dan saya tunggu-tunggu tiap hari :)

 
Share Me!